FORKALIM mengadakan seminar yang merupakan side event dari Indonesia Water and Wastewater Expo and Forum (IWWEF), pada segmen 2 membahas mengenai City Wide Inclusive Sanitation (CWIS) yang dicanangkan oleh Kementerian PUPR. Segmen 2 dengan Narasumber Pak Tanozisochi Lase, sebagai Direktur Sanitasi Kementerian PUPR, Pak Agustan sebagai Direktur Utama Perumda Air Minum Kota Surakarta dan Pak Ayman Adnan sebagai Direktur Pengolahan Air Limbah Perumda Air Minum Kota Makassar.
Pada segmen tersebut, Pak Anes, panggilan dari Direktur Sanitasi Kementerian PUPR, menjelaskan bahwa pengelolaan air limbah dibagi menjadi dua, yaitu setempat (SPALDS) dan terpusat (SPALDT). City Wide Inclusive Sanitation atau yang dikenal CWIS adalah keterpaduan antara SPALDS dan SPALDT, kolaborasi multi stakeholder, penguatan regulasi dan sasaran penerima bersifat inklusif. Salah satu contoh CWIS adalah IPAL Losari yang dikelola oleh Perumda Kota Makassar. Pada IPAL tersebut terdapat co-treatment IPLT nipanipa sehingga pengelolaan nya terpadu. Secara teknis, sudah terdapat Peraturan Menteri PUPR No. 4 tahun 2017 sebagai guidance atau pedoman untuk memilih pengelilaan air limbah domestik. Dari penjelasan Pak Anes, terdapat 5 aspek untuk optimalisasi pengelolaan air limbah, yaitu teknis pengelolaan air limbah domestik, Peningkatan Kelembagaan, Regulasi, Peran Serta masyarakat dan Pendanaan.
Pembicara selanjutnya, adalah dari Pak Ayman Adnan sebagai Direktur Pengelolaan Air Limbah Perumda Air Minum Kota Makassar, yang mengelola IPAL Losari. Menurut penjelasannya, berdasarkan Perda Makassar Nomor 7 tahun 2019 bahwa Perumda dapat mengelola air minum sekaligus mengelola air limbah. Hal tersebut juga diperkuat oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 87 tahun 2022, perihal percepatan capaian sanitasi aman, bahwa Perumda dengan capaian cakupan pelayanan di atas 50%, dapat membantu percepatan pengelola air limbah. Pak Ayman menambahkan, bahwa sebagai operator pengelola air limbah baru, Perumda AM Kota Makassar menargetkan akan melayani 5 Kecamatan utama dan akan melaksanakan LLTT (Layanan Lumpur Tinja Terjadwal), pembayaran air minum dan air limbah melalui satu pintu. IPAL Losari memiliki kapasitas 16.000 m3/hari, dengan fasilitas Co-treament IPLT Nipanipa dengan kapasitas 65m3/hari. Dengan infrastruktur yang dimiliki perumda AM Kota Makassar, dapat melayani 39% dari total penduduk Makassar.
Pak Agustan, adalah Direktur Utama Perumda AM Surakarta selanjutnya menjelaskan bahwa Solo adalah daerah kecil dengan luas 46m2 dengan jumlah penduduknya sekitar 520.000 jiwa. Untuk strategi pengelolaan air limbah domestik kota Solo, menggunakan perpipaan sebesar 30% dan 70% dengan sistem non perpipaan. Saat ini yang sudah berjalan perpipaan sebesar 18%. Target pada tahun 2024 berkomitmen untuk menambah sambungan rumah untuk mencapai target tersebut. Pak Agustan menjelaskan, bahwa di Perumda AM Surakarta menerapkan LLTT pada tahun 2018, masyarakat tidak langsung bersedia. Menurutnya, operator harus bisa meyakinkan masyarakat terhadap pengelolaan air limbah dan pelaksanaan LLTT. Beliau juga menambahkan, bahwa penerimaan masyarakat membutuhkan proses yang panjang, dibutuhkan juga pemimpin daerah yang peduli terhadap isu sanitasi.
Direktur Sanitasi Kementerian PUPR, menyampaikan sebagai penutup, bahwa dari 300 IPLT yang terbangun di Indonesia, sebanyak 50% yang bersifat idle (sudah terbangun namun tidak dimanfaatkan secara optimal). Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, seperti belum ada nya peraturan daerah yang mendukung, fasilitas truk tinja, dan operator. Untuk meningkatkan hal tersebut, harus ada pembinaan kepada setiap kepala daerah terkait sektor sanitasi yang merupakan SPM (Standar Pelayanan Minimal).